Tuesday, October 18, 2005

Kompresi Waktu Dan Sejarah Dalam Al Quran

Penulis Al Quran saat menceritkan kembali peristiwa2 dalam Taurat dan Injil telah terjebak dalam suatu disorientasi waktu yang menyebabkan terjadinya kompresi sejarah dan waktu terhadap peristiwa2 tsb.

Salah satunya yang sudah di bahas adalah cerita mengenai Maryam saudara perempuan (kandung) Harun yang tersaru dengan Maryam ibu Nabi Isa yang terpaut waktu lebih dari 1400 tahun.

http://nomind.3.forumer.com/index.php?show...0&st=0&#entry32


Bukti lebih lanjut mengenai adanya "Disorientasi Waktu" yang menyebabkan Muhammad bingung sehingga mengira Maryam saudara perempuan (kandung) Harun adalah juga Maryam ibu Nabi Isa, dan bahwa Yesus dan Musa (Harun dan Maryam) hidup dalam jaman yang tidak berbeda jauh bisa kita lihat dari penjelasan berikut:


Quran 4:156-157

Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.



Kita bisa melihat dengan jelas dalam ayat Quran 4:156-157 bahwa yang dibicarakan adalah bangsa Yahudi pada jaman Yesus yang "mengklaim" telah membunuh Yesus dan menuduh Maryam dengan kedustaan besar (zina). Dan karena "kekafiran" mereka inilah, maka Allah menghukum mereka dengan mengharamkan memakan makanan yang dahulunya halal:


Quran 4:160-161

Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah , dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah melarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.



Tetapi hukumannya untuk bangsa Yahudi pada jaman Musa. Larangan memakan makanan tertentu bagi bangsa Yahudi dan hukum-hukum lain sudah ada saat Musa membimbing mereka keluar dari Mesir yaitu sekitar 1400 tahun sebelum Yesus lahir. Tetapi Al Quran mengaitkan perbuatan zalim bangsa Yahudi terhadap Yesus dan Maryam dengan larangan memakan makanan haram. Karena perbutaan zalim tersebut yang terjadi pada jaman Yesus maka bangsa Yahudi di hukum dengan larangan memakan makanan haram yang sudah diberikan oleh Musa 1400 tahun yang lalu.


Bukti lagi adanya "Kompresi Sejarah dan Waktu" dalam Al Quran:

Quran 7:155-157

Ayat 155:
Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohon taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah pemberi ampun yang sebaik-baiknya.

Ayat 156:
Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau.
Allah berfirman: "Siksaku akan Ku-timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami".

Ayat 157:
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.


Kita lihat lagi di sini adanya kebingungan Muhammad saat menuliskan ayat-ayat Al Quran. Dalam ayat 7:155-156 (warna merah), Musa memohon doa kepada Allah. Kemudian dijawab oleh Allah dalam ayat 7:156-157 (warna biru). Yang perlu dicermati di sini adalah terjadinya "disorientasi waktu" dalam jawaban Allah. Di sini Allah menjawab permohonan Musa dengan mengatakan bahwa mereka yang akan diberkati adalah yang mengikuti Rasul atau Nabi yang ummi yang tertulis dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka.

Bagaimana mungkin Musa dan umatnya bisa membaca dan mengikuti apa yang tertulis dalam Injil padahal Quran yang sama mengatakan Injil di berikan kepada Yesus yang baru ada kurang lebih 1400 tahun kemudian? Hal ini baru masuk akal jika memang Yesus hidup sejaman dengan Musa.



With Best Regards,
NoMind

Yang pasti banyak variant dalam Quran termasuk juga ada ayat-ayat yang tidak dimasukkan oleh Utsman. Para sahabat Muhammad pun berbeda pendapat mengenai mana Quran yang paling asli. Semua saling mengklaim "kecap saya yang No. 1". Salah satunya adalah ayat-ayat Rajam yang menurut Umar bahwa dia yakin ayat-ayat tsb di turunkan dan dipraktekkan oleh Nabi Muhammad pada masa hidupnya tetapi sengaja tidak dimasukkan dalam Quran oleh Ustman.

Menurut Umar, sebenarnya ada ayat-ayat Rajam dalam Quran pada awalnya yang sudah dihafal dan dipraktekan oleh Muhammad. Tetapi dengan kodifikasi yang dilakukan oleh Ustman, ternyata ayat-ayat tsb. tidak dimasukkan. Hadist berikut menjelaskan bahwa sebenaranya ada ayat-ayat Quran tetang Rajam.

Sahih Bukhari. Vol 8, Book 82. Hadith 816.
Narrated By Ibn 'Abbas : 'Umar said, "I am afraid that after a long time has passed, people may say, "We do not find the Verses of the Rajam (stoning to death) in the Holy Book," and consequently they may go astray by leaving an obligation that Allah has revealed. Lo! I confirm that the penalty of Rajam be inflicted on him who commits illegal sexual intercourse, if he is already married and the crime is proved by witnesses or pregnancy or confession." Sufyan added, "I have memorized this narration in this way." 'Umar added, "Surely Allah's Apostle carried out the penalty of Rajam, and so did we after him."




Sahih Bukhari. Vol 8, Book 82. Hadith 817.
.......................................................... In the meantime, 'Umar sat on the pulpit and when the callmakers for the prayer had finished their call, 'Umar stood up, and having glorified and praised Allah as He deserved, he said, "Now then, I am going to tell you something which (Allah) has written for me to say. I do not know; perhaps it portends my death, so whoever understands and remembers it, must narrate it to the others wherever his mount takes him, but if somebody is afraid that he does not understand it, then it is unlawful for him to tell lies about me. Allah sent Muhammad with the Truth and revealed the Holy Book to him, and among what Allah revealed, was the Verse of the Rajam (the stoning of married person (male & female) who commits illegal sexual intercourse, and we did recite this Verse and understood and memorized it. Allah's Apostle did carry out the punishment of stoning and so did we after him.

I am afraid that after a long time has passed, somebody will say, 'By Allah, we do not find the Verse of the Rajam in Allah's Book,' and thus they will go astray by leaving an obligation which Allah has revealed. And the punishment of the Rajam is to be inflicted to any married person (male & female), who commits illegal sexual intercourse, if the required evidence is available or there is conception or confession. And then we used to recite among the Verses in Allah's Book: 'O people! Do not claim to be the offspring of other than your fathers, as it is disbelief (unthankfulness) on your part that you claim to be the offspring of other than your real father.' Then Allah's Apostle said, 'Do not praise me excessively as Jesus, son of Marry was praised, but call me Allah's Slave and His Apostles.' (O people!) I have been informed that a speaker amongst you says, 'By Allah, if 'Umar should die, I will give the pledge of allegiance to such-and-such person.' One should not deceive oneself by saying that the pledge of allegiance given to Abu Bakr was given suddenly and it was successful. No doubt, it was like that, but Allah saved (the people) from its evil, and there is none among you who has the qualities of Abu Bakr. Remember that whoever gives the pledge of allegiance to anybody among you without consulting the other Muslims, neither that person, nor the person to whom the pledge of allegiance was given, are to be supported, lest they both should be killed. ......................................................................




Sahih Bukhari. Volume 9, Book 92, Number 424:

Narrated Ibn 'Abbas:
I used to teach Qur'an to 'Abdur-Rahman bin Auf. When Umar performed his last Hajj, 'Abdur-Rahman said (to me) at Mina, "Would that you had seen Chief of the believers today! A man came to him and said, "So-and-so has said, "If Chief of the Believers died, we will give the oath of allegiance to such-and-such person,' 'Umar said, 'I will get up tonight and warn those who want to usurp the people's rights.' I said, 'Do not do so, for the season (of Hajj) gathers the riffraff mob who will form the majority of your audience, and I am afraid that they will not understand (the meaning of) your saying properly and may spread (an incorrect statement) everywhere. You should wait till we reach Medina, the place of migration and the place of the Sunna (the Prophet's Traditions). There you will meet the companions of Allah's Apostle from the Muhajirin and the Ansar who will understand your statement and place it in its proper position' 'Umar said, 'By Allah, I shall do so the first time I stand (to address the people) in Medina.' When we reached Medina, 'Umar (in a Friday Khutba-sermon) said, "No doubt, Allah sent Muhammad with the Truth and revealed to him the Book (Quran), and among what was revealed, was the Verse of Ar-Rajm (stoning adulterers to death).'"



Shahi Bukhari. Vol 6, Book 61. Virtues Of The Qur'an. Hadith 509.

Narrated By Zaid bin Thabit :
Abu Bakr As-Siddiq sent for me when the people! of Yamama had been killed (i.e., a number of the Prophet's Companions who fought against Musailama). (I went to him) and found 'Umar bin Al-Khattab sitting with him. Abu Bakr then said (to me), "Umar has come to me and said: "Casualties were heavy among the Qurra' of the! Qur'an (i.e. those who knew the Quran by heart) on the day of the Battle of Yalmama, and I am afraid that more heavy casualties may take place among the Qurra' on other battlefields, whereby a large part of the Qur'an may be lost. Therefore I suggest, you (Abu Bakr) order that the Qur'an be collected." I said to 'Umar, "How can you do something which Allah's Apostle did not do?" 'Umar said, "By Allah, that is a good project. "Umar kept on urging me to accept his proposal till Allah opened my chest for it and I began to realize the good in the idea which 'Umar had realized." Then Abu Bakr said (to me). 'You are a wise young man and we do not have any suspicion about you, and you used to write the Divine Inspiration for Allah's Apostle. So you should search for (the fragmentary scripts of) the Qur'an and collect it in one book)." By Allah If they had ordered me to shift one of the mountains, it would not have been heavier for me than this ordering me to collect the Qur'an. Then I said to Abu Bakr, "How will you do something which Allah's Apostle did not do?" Abu Bakr replied, "By Allah, it is a good project." Abu Bakr kept on urging me to accept his idea until Allah opened my chest for what He had opened the chests of Abu Bakr and 'Umar. So I started looking for the Qur'an and collecting it from (what was written on) palmed stalks, thin white stones and also from the men who knew it by heart, till I found the last Verse of Surat At-Tauba (Repentance) with Abi Khuzaima Al-Ansari, and I did not find it with anybody other than him. The Verse is:

'Verily there has come unto you an Apostle (Muhammad) from amongst yourselves. It grieves him that you should receive any injury or difficulty... (till the end of Surat-Baraa' (At-Tauba) (9.128-129) Then the complete manuscripts (copy) of the Qur'an remained with Abu Bakr till he died, then with 'Umar till the end of his life, and then with Hafsa, the daughter of 'Umar.

MENGENAI ASUL-USUL DAN PEMBANGKANGAN SETAN

Beberapa ayat dalam Al Quran mengenai asal usul Setan, sifat-sifat, dan konflik dengan Allah ttg Adam (2:34, 7:11-12, 15:30-33, 17:61, 18:50, 20:116, 38:71-76, 7:11-12) sebenarnya bersumber dari Gospel of Bartholomew yang termasuk Injil Apocryphal.

Quran 7:11-12
"We said to the angels, 'Prostrate yourselves before Adam.' They all prostrated themselves except Satan, who refused to prostrate himself. 'Why did you not prostrate yourself when I commanded you?' He asked. 'I am nobler than he,' he replied. 'You created me of fire, but you created him of clay.'"



Bandingkan dengan Injil Bartholomew berikut ini:

IV:54
http://www.meta-religion.com/World_Religio...bartholomew.htm
http://wesley.nnu.edu/noncanon/gospels/gosbart.htm

"And when I came from the ends of the world, Michael said to me, "Worship the image of God which He has made in His own likeness." But I said, "I am fire, of fire. I was the first angel to be formed, and shall I worship clay and matter?"



Demikian juga mengenai Adam yang raksasa di sebutkan dalam Hadist bahwa Adam itu tingginya hampir 30 meter (atau 60 cubits).

Sahih Bukhari. Vol 4, Book 55. Prophets. Hadith 543.
Narrated By Abu Huraira :
The Prophet said, "Allah created Adam, making him 60 cubits tall. When He created him, He said to him, "Go and greet that group of angels, and listen to their reply, for it will be your greeting (salutation) and the greeting (salutations of your offspring." So, Adam said (to the angels), As-Salamu Alaikum (i.e. Peace be upon you). The angels said, "As-salamu Alaika wa Rahmatu-l-lahi" (i.e. Peace and Allah's Mercy be upon you). Thus the angels added to Adam's salutation the expression, 'Wa Rahmatu-l-lahi,' Any person who will enter Paradise will resemble Adam (in appearance and figure). People have been decreasing in stature since Adam's creation.



THE BOOK OF THE RESURRECTION OF CHRIST BY BARTHOLOMEW THE APOSTLE
http://www.meta-religion.com/World_Religio...bartholomew.htm
http://wesley.nnu.edu/noncanon/gospels/gosbart.htm

"Then follows a series of hymns sung in heaven, eight in all, which accompany the reception of Adam and the other holy souls into glory. Adam was eighty cubits high and Eve fifty. They were brought to the Father by Michael. Bartholomew had never seen anything to compare with the beauty and Glory of Adam, save that of Jesus. Adam was forgiven, and all the angels and saints rejoiced and saluted him, and departed each to their place."



With Best Regards,
NoMind

Muhammad menggunakan cukup banyak pencatat (kurang lebih 42) yang bertugas mencatatkan ayat-ayat Al Quran yang didiktekan (?) oleh Muhammad yang (katanya) berasal dari Allah yang disampaikan lewat Jibril. Salah satunya adalah Abdullah Ibn Sa'd Ibn Abi Sarh. Ketika mencatatkan "wahyu-wahyu" Allah (Muhammad), dia sering memberikan saran dan masukan dalam meningkatkan kualitas ayat-ayat bersangkutan dan Muhammad biasanya menyetujuinya dan mengijinkan perubahan-perubahan tsb di catatkan. Pada akhirnya Abdullah meninggalkan Islam (alias murtad) karena mengetahui dengan pasti Al Quran tidak mungkin berasal dari Allah jika seorang pencatat di bolehkan untuk merubah yang katanya kata-kata Allah. Kemudian setelah menaklukkan Mekkah, Muhammad memerintahkan Abdullah (dengan 9 orang Mekkah lainnya) untuk di bunuh, tetapi atas perlindungan Ustman akhirnya tidak jadi (Mengapa?).

Dari Al-Sira oleh al-'Iraqi:
QUOTE
The scribes of Muhammad were 42 in number. `Abdallah Ibn Sarh al-`Amiri was one of them, and he was the first Quraishite among those who wrote in Mecca before he turned away from Islam. He started saying, "I used to direct Muhammad wherever I willed. He would dictate to me 'Most High, All-Wise', and I would write down 'All-Wise' only. Then he would say, 'Yes it is all the same'. On a certain occasion he said, 'Write such and such', but I wrote 'Write' only, and he said, 'Write whatever you like.'"

So when this scribe exposed Muhammad, he wrote in the Qur'an,"And who does greater evil than he who forges against God a lie, or says, 'To me it has been revealed', when naught has been revealed to him."

So on the day Muhammad conquered Mecca, he commanded his scribe to be killed. But the scribe fled to `Uthman Ibn `Affan, because `Uthman was his foster brother (his mother suckled `Uthman). `Uthman, therefore, kept him away from Muhammad. After the people calmed down, `Uthman brought the scribe to Muhammad and sought protection for him. Muhammad kept silent for a long time, after which he said yes. When `Uthman had left, Muhammad said "I only kept silent so that you (the people) should kill him."



Terjemahan bebas NoMind:

Pencatat (Al Quran) untuk Muhammad ada 42 orang. Abdallah Ibn Sarh al-`Amiri adalah salah satu dari mereka, dan dia adalah suku Quraisy pertama dari pada orang-orang yang menulis di Mekkah sebelum dia berpaling dari Islam. Dia mulai mengatakan, "Saya biasanya mengarahkan Muhammad kemanapun saya mau. Dia (Muhammad) mendiktekan kepada saya "Yang Maha Tinggi, Maha Bijaksana", dan saya cuman menuliskan "Maha Bijaksana" saja. Kemudian dia (Muhammad) mengatakan, "Ya, it semua sama saja". Dalam suatu keadaan tertentu, dia mengatakan, "Tuliskan begini dan begini", tetapi saya hanya mencatatkan "Menulis" saja, dan dia (Muhammad) berkata, "Tulis apapun yang kamu sukai."

Jadi ketika pencatat itu (Abdullah) mengekspos Muhammad, dia menulis di dalam Al Quran, "Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: 'Telah diwahyukan kepada saya', padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya"

Jadi pada hari Muhammad menaklukkan Mekkah, dia memerintahkan pencatat Qurannya untuk di bunuh. Tetapi pencatat itu kabur kepada Ustman ibn Affan, karena Ustman adalah saudara angkatnya (ibunya menyusui Ustman). Ustman, oleh karena itu, menjauhkannya dari Muhammad. Setelah orang-orang mulai reda, Ustman membawa pencatat itu kepada Muhammad dan mencari perlindungan baginya. Muhammad berdiam untuk waktu yang cukup lama, yang setelah itu mengatakn ya. Ketika Ustman sudah pergi, Muhammad mengatakan "Saya berdiam diri hanya supaya kalian seharusnya membunuh dia (si pencatat, Abdullah).


Jadi Abdullah menuliskan ayat berikut karena mengetahui dengan pasti bahwa apa yang disampaikan oleh Muhammad bukanlah dari Allah dan tidak lebih daripada apa yang bisa dia atau pencatat lain sampaikan:

"And who does greater evil than he who forges against God a lie, or says, 'To me it has been revealed', when naught has been revealed to him."

Terjemahan NoMind:

"Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: 'Telah diwahyukan kepada saya', padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya"

Jelas yang dituliskan Abdullah dalam ayat tsb diatas ditujukkan kepada Muhammad yang mengijinkan pencatat Al Quran untuk merubah kata-kata dalam pencatatan Al Quran supaya kedengaran lebih baik.


Ayat ini kemudian menjadi ayat 6:93 sbb:

Quran 6:93
Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah ". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalan tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) : "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya.


QUOTE
i would like to marry a woman who is 12 years old, her father and she has also agreed. What is your advise?
--------------------------------------------------
Question
i am 45 and married to already 15 years now after the sexual desire of my woman has nearly gone i am looking to marry again. And i would like to marry a woman who is 12 years old, her father and she has also agreed, my first wife told me that it could make problems if it will be a big different in age, and also some of my children are older than my second wife. What is your advise ? And is it allowed for me to have already sexual intercourse with these woman after we are married or to i have to wait till she reach at special age ?

Answer
According to the Shari’ah, if a girl is a minor (did not attain puberty) , she may be given in marriage by her father. When she attains puberty, she has the right to maintain the marriage or discontinue the marriage. There is no age limit to be intimate with one’s wife even if she is a minor.

It is important for you, in your situation, to consider the age difference reservation expressed by your wife.

and Allah Ta'ala Knows Best

Mufti Ebrahim Desai


Sesuai kutipan di atas, Mufti Ebrahim Desail memberikan nasehat menurut ajaran Islam bahwa tidak ada batasan umur dalam mengawini seorang gadis termasuk gadis-gadis yang belum akil balig.

Apakah ada dari Quran, Hadist, atau Tafsir yang menjadi dasar pernyataan Mufti ini?

Tentu saja ada. Kalo tidak mana mungkin Mufti Ebrahim Desai berani memberikan nasihat demikian. Nasehat Mufti ini, yaitu tidak ada batas umur (belum akil balig pun ok) gadis yang boleh disetubuhi oleh suaminya, benar-benar adalah ajaran Islam yang murni sesuai dengan Quran dan Hadist.

Coba kita simak:

Quran 65:4
Dan perempuan-perempuan yang putus asa dari haid di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.


Penjelasan (Tafsir) dari ayat Quran di atas adalah sebagai berikut:

http://www.tafsir.com/default.asp?sid=65&tid=54196

QUOTE
The `Iddah of Those in Menopause and Those Who do not have Menses

Allah the Exalted clarifies the waiting period of the woman in menopause. And that is the one whose menstruation has stopped due to her older age. Her `Iddah is three months instead of the three monthly cycles for those who menstruate, which is based upon the Ayah in (Surat) Al-Baqarah. [see 2:228] The same for the young, who have not reached the years of menstruation. Their `Iddah is three months like those in menopause. This is the meaning of His saying;


Dijelaskan di dalam tafsir ayat 65:4 bahwa masa tunggu (iddah) bagi wanita yang sudah menopause (tidak haid lagi) adalah 3 bulan. Demikian juga masa tunggu (iddah) bagi gadis mudah yang belum mencapai umur haid (belum akil balig) juga 3 bulan.

Apakah iddah itu? Ayat Quran berikut menjelaskan mengenai iddah.

Quran 2:228
Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujuknya dalam masa menanti itu jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.


Jadi iddah adalah masa tunggu dimana jika seorang isteri di talak atau dicerai oleh suaminya, sang isteri harus menunggu masa iddah untuk bisa kawin lagi. Hal ini berlaku baik bagi isteri yang sudah menopause maupun isteri yang masih di bawah umur atau belum aklil balig seperti dijelaskan dalam tafsir ayat 65:4 di atas.

QUOTE

http://www.eramoslem.com/konsultasi/ustadz...6,7121,2,v.html

Apabila seorang suami mengatakatan kata cerai atau thalaq kepada istrinya maka jatuhlah thalaq satu, baik dia meniatkan cerai maupun tidak. Demikian juga jika suami mengatakan "BU ! SAYA SERAHKAN ANAK IBU KEPADA IBU " atau kalimat kiasan lainnya dan diniatkan untuk menceraikan istrinya, maka jatuh thalaq satu.

Apabila sang suami hendak kembali lagi kepada istrinya dalam masa iddah (tiga kali haid atau tiga kali suci, atau tiga bulan lebih beberapa hari), maka dibolehkan untuk kembali tanpa harus melakukan akad tikah dan membayar maskawin. Hal ini disebut rujuk dan untuk rujuk cukup bagi suami datang kepada istrinya dan menyatakan bahwa dia hendak rujuk atau dengan isyarat lain yang menunjukkan bahwa dia hendak rujuk kembali. Tetapi jika sang suami hendak kembali lagi kepada istrinya setelah lewat masa iddah sudah, maka harus dilakukan akad nikah kembali dan wajib membayar maskawin.
Wallahu A'lam bishawwab.


QUOTE

http://www.al-shia.com/html/eng/books/fiqh...c-laws/244.html

A wife who is under nine and who is in her menopause will not be required to observe any waiting period. It means that, even if the husband has had sexual intercourse with her, she can remarry immediately after being divorced.


Apakah artinya semua ini? Ini jelas menunjukkan bahwa Al Quran membolehkan seorang pria mengawini gadis di bawah umur dan tidak ada batas umur untuk mejadikan seorang gadis kecil menjadi isterinya dan berhubungan badan dengannya. Berarti selama ini Ayatollah Khomeini dan tentunya juga Mufti Ebrahim Desai yang memberikan nasihat seperti dikutip di atas adalah sudah benar-benar memperhatikan ajaran Islam yang sebenarnya dalam Quran. Demikian juga Nabi Muhammad yang memperisteri Aisha pada umur 6 tahun dan berhubungan badan dengan Aisha saat ia berumur 9 tahun bisa sudah sesuai dengan Al Quran.

Jika Al Quran diklaim sebagai kata-kata langsung dari Allah, maka mengawini anak gadis sebelum akil balig adalah memang sesuai dengan kehendak Allah, kecuali Al Quran ........................................... :wink:


With Best Regards,
NoMind


--------------------
Mind is full of biased, prejudiced, and dualistic thoughts. No-mind is consciousness without thoughts.

Topics oleh NoMind di Forum FFI

PM
Top
Posted: Jun 25 2004, 09:59 AM
Quote Post
Jika kita kembali ke ayat Quran 65:4 dan 33:49 maka bisa kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
  1. Ayat Quran 65:4 mengatakan bahwa "idda" bagi gadis yang belum haid adalah tiga bulan, sama dengan wanita yang sudah menopause. "Idda" tiga bulan (bukan berdasarkan tiga siklus haid) adalah masuk akal karena gadis cilik belum haid dan wanita menopause sudah tidak lagi haid. Jadi tidak ada siklus haid.
  2. Ayat Quran 33:49 dengan jelas mengatakan bahwa tidak ada "idda" bagi gadis atau wanita yang ditalak yang belum dicampuri oleh suaminya.
  3. Tetapi dalam ayat Quran 65:4 terdapat masa "idda" bagi gadis yang belum haid saat di talak suaminya.
  4. Tentunya jika merujuk kembali pada ayat Quran 33:49 maka gadis yang dimaksud dalam 65:4 telah dicampuri oleh suaminya karena ada "idda" bagi mereka.
  5. Tapi kemudian dalam Quran 65:4 jelas sekali gadis-gadis cilik ini belum haid.
  6. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Quran dan Allah membolehkan hubungan seksual dengan gadis cilik yang belum haid yang dikawini secara sah.

Jika Al Quran diklaim sebagai kata-kata langsung dari Allah, maka mengawini anak gadis sebelum akil balig adalah memang sesuai dengan kehendak Allah, kecuali Al Quran ........................................... :wink:


Apakah hal tersebut di atas ada contohnya? Tentu saja. Muhammad sendiri yang memberikan contoh dengan mengawini si cilik Aisha yang masih berumur 6-7 tahun dan bersetubuh dengannya pada usia 9 tahun.

Sahih Muslim. Book 8. Marriage. Hadith 3311.
'Aisha (Allah be pleased with her) reported that Allah's Apostle (may peace be upon him) married her when she was seven years old, and he was taken to his house as a bride when she was nine, and her dolls were with her; and when he (the Holy Prophet) died she was eighteen years old.


Sahih Bukhari. Vol 7, Book 62. Hadith 088.
Narrated By 'Ursa :
The Prophet wrote the (marriage contract) with 'Aisha while she was six years old and consummated his marriage with her while she was nine years old and she remained with him for nine years (i.e. till his death).


Sahih Bukhari. Vol 8, Book 73. Hadith 151.
Narrated By 'Aisha :
I used to play with the dolls in the presence of the Prophet, and my girl friends also used to play with me. When Allah's Apostle used to enter (my dwelling place) they used to hide themselves, but the Prophet would call them to join and play with me. (The playing with the dolls and similar images is forbidden, but it was allowed for 'Aisha at that time, as she was a little girl, not yet reached the age of puberty.) (Fateh-al-Bari page 143, Vol.13)



Apakah yang menjadi dasar Muhammad menikahi Aisha yang masih berumur 6-7 tahun? Siapa yang memerintahkan? Tentunya dari Allah sendiri (demikian yang diklaim oleh Muhammad) menurut hadist berikut:

Sahih Bukhari. Vol 7, Book 62. Hadith 015.
Narrated By 'Aisha :
Allah's Apostle said (to me), "You have been shown to me twice in (my) dreams. A man was carrying you in a silken cloth and said to me, 'This is your wife.' I uncovered it; and behold, it was you. I said to myself, 'If this dream is from Allah, He will cause it to come true.'"


Sahih Bukhari. Vol 7, Book 62. Hadith 057.
Narrated By 'Aisha :
Allah's Apostle said (to me), "You were shown to me in a dream. An angel brought you to me, wrapped in a piece of silken cloth, and said to me, 'This is your wife.' I removed the piece of cloth from your face, and there you were. I said to myself. 'If it is from Allah, then it will surely be.'"



Tetapi Muhammad pernah juga menanyakan kepada Jabir mengapa tidak mengawini gadis perawan muda. Jelas di sini lebih ditekankan aspek fisik dan kepuasan (meraba dan bermain). Dan jelas tidak sinkron dengan hadist-hadsit tersebut di atas:

Sahih Bukhari (Volume 7, Book 62, Number 17)
Narrated Jabir bin 'Abdullah:
When I got married, Allah's Apostle said to me, "What type of lady have you married?" I replied, "I have married a matron' He said,"Why, don't you have a liking for the young virgins and for fondling them?" Jabir also said: Allah's Apostle said, "Why didn't you marry a young girl so that you might play with her and she with you?'

Terjemahan:
Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah:
Ketika saya menikah, Rasulullah berkata kepada saya, "Wanita tipe apa yang kamu nikahi?" Saya menjawab. "Saya telah menikahi seorang ibu muda". Dia (Rasulullah) berkata, "Kenapa, apakah kamu tidak menyukai perawan-perawan cilik dan untuk meraba-raba mereka? Jabir juga berkata: Rasullulah berkata, "Kenapa kamu tidak menikahi seorang gadis belia sehingga kamu bisa bermain-main dengan dia dan dia dengan kamu?".



With Best Regards,
NoMind

Dikutip dari :

Dikutip dari :
Hagarism: The Making of the Islamic World
Patricia Crone and Michael Cook
Cambridge, 1977, halaman 18


[The Qur'an] is strikingly lacking in overall structure, frequently obscure and inconsequential in both language and content, perfunctory in its linking of disparate materials, and given to the repetition of whole passages in variant versions. On this basis it can plausibly be argued that the book is the product of belated and imperfect editing of materials from a plurality of traditions.

Qur’an sangatlah kurang dalam keseluruhan strukturnya, sulit dimengerti, sangat tidak menentu dalam bahasa dan isinya, sambungan-sambungan material yang tidak sama, pengulangan-pengulangan pasal dalam variasi yang berbeda-beda. Dengan dasar ini, cukup meyakinkan untuk berargumentasi bahwa Qur’an adalah PRODUK KEMUDIAN dari hasil EDITING YANG TIDAK SEMPURNA dari TRADISI YANG BERBEDA-BEDA.


Coba kita terapkan kritik teks dan kritik bentuk sastra yang sama terhadap Al-Qur’an seperti yang diterapkan kepada Alkitab.

Penurunan Al-qur’an dibagi menjadi 2 periode, yaitu Makiyah dan Madaniyah. Karena Al-Qur’an yang sekarang digunakan secara umum adalah EDISI MESIR yang diterbitkan tahun 1923, maka saya menggunakan kronologis surah-surah menurut edisi Mesir tersebut, yang menyatakan :
• Surah Makiyah ada sejumlah 86
• Surah Madaniyah ada sejumlah 28

Kita lihat dari beberapa criteria.

I. Penggunaan Kata Rabb dan Allah
Padanan kata Arab, Ibrani dan Inggris.
Allah = Elohim = God
Rabb = Adonai = Yehova = Lord

Kita ambil beberapa surah saja untuk melihat penggunaan Rab dan Allah ini :
• Dari periode Mekah awal : sura 54, 55 dan 56, kata Rabb digunakan 1 kali, 36 kali dan 3 kali, sementara kata ALLAH SAMA SEKALI TIDAK DIGUNAKAN.
• Periode Medinah : sura 48 (6 H), 49 (9 H) dan 58 (5 – 7 H), kata Allah digunakan 19 kali, 27 kali dan 40 kali, sementara kata RABB SAMA SEKALI TIDAK DIGUNAKAN.

Berdasarkan kritik teks penggunaan kata Rabb dan Allah, berarti sudah ada 2 sumber Qur’an yang digunakan disini, yaitu :
1. Sumber R (Rabb) yang berasal dari awal Mekah dimana hanya menggunakan kata RABB

2. Sumber A (Allah) yang berasal dari setelah hijrah, dimana hanya menggunakan kata ALLAH

II Kisah Ibrahim didatangi tamu-tamunya

Kita lihat dari kisah bagaimana Ibrahim didatangi oleh tamu-tamunya yang menyatakan dia akan mendapat anak diusia tuanya.

1. Sumber DR (Deutero Rabb = Rabb Kemudian)
Dikutip dari surah 51 Al Dzariyat yang adalah surah ke 67 yang diturunkan di Mekah menurut kronologis Mesir

QS 51 : 24 – 30, mengisahkan :
• Diceritakan Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang DIBAKAR
• Reaksi istri istri Ibrahim memekik lalu menepuk mukanya sendiri dan berkata “seorang perempuan tua yang mandul”
• Tidak disebutkan sama sekali reaksi dari Ibrahim.
• Di sura ini kata Allah dan Rabb digunakan bersama-sama yaitu 3 kali dan 5 kali.

Karena kata Rabb dan Allah sudah digunakan bersama-sama, berarti ada 1 sumber lagi yang bisa disimpulkan yaitu sumber DA (Deutero Rabb)

2. Sumber PA (Proto Allah = Sebelum Allah)
Dikutip dari surah 15 Al-Hijr yang adalah surah ke 54 yang diturunkan di Mekah menurut kronologis Mesir. Menurut sarjana barat : Weil menempatkan sebagai surah ke 2 yang terakhir, Noeldeke menempatkan sebagai surah ke 13 yang terakhir. Dapat dikatakan ini adalah surah pada PERIODE AKHIR MEKAH.

QS 15 : 51 – 56, mengisahkan cerita yang berkebalikan dari QS 51 :
• Tidak ada cerita Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi
• Tidak menyebutkan sama sekali reaksi dari istri Ibrahim,
• sebaliknya disebutkan reaksi ketidakpercayaan Ibrahim terhadap berita yang dibawa tamu-tamunya.
• Disura ini kata Allah digunakan 9 kali dan kata Rabb digunakan 9 kali juga.

Sekalipun dapat diperdebatkan, karena sura ini sudah mendekati periode akhir Mekah atau awal hijrah dimana pengaruh sumber A sudah lebih kuat maka bisa disimpulkan sumbernya adalah PA (Proto Allah)

3. Sumber E (Editing)
Dikutip dari surah 11 Hud yang adalah surah ke 52 yang diturunkan di Mekah menurut kronologis Mesir. Sementara menurut sarjana barat, surat Hud adalah surat-surat akhir periode Mekah.

QS 11 : 69 – 74, cerita sudah lebih lengkap dibandingkan QS 51 dan QS 15, dimana :
• Cerita Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi muncul kembali, namun dengan perubahan menjadi daging yang DIPANGGANG, bukan DIBAKAR.
• istri Ibrahim sudah berkata-kata panjang lebar, “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang sangat aneh.”
• Keberadaan Ibrahim juga disebutkan

Karena ceritanya sudah lebih lengkap dan ada editing dari daging BAKAR menjadi daging PANGGANG, begitupula ucapan istri Ibrahim maka dapat disimpulkan ada proses editing berupa penggabungan kemudian. Kita bisa menyebutkan sumber E (Editing)

III Kisah yang muncul hanya 1 kali
1. Sumber T (Tambahan)
Dikutip dari surah 37 Al-Al Shaffat yang adalah surah ke 56 yang diturunkan di Mekah menurut kronologis Mesir

QS 37 : 99 – 103, ada kisah pengurbanan anak Ibrahim.

Cerita ini HANYA MUNCUL 1 KALI. Hal ini sungguh aneh karena tidak biasanya Al-Qur’an tidak mengulang-ulang cerita yang sama. Jadi pasti ada 1 sumber lagi yang MENAMBAHKAN cerita-cerita yang hanya muncul 1 kali, sumber ini dapat dinamakan T (Tambahan).

Jadi jika kita menerapkan kritik teks dan kritik bentuk sastra seperti yang dikenakan pada Alkitab, maka kita dapat berteori bahwa ada 6 sumber-sumber Al-Qur’an yaitu :
1. Sumber R, yang muncul diawal Mekah
2. Sumber A, yang muncul di Madinah
3. Sumber DR, yang merupakan penggabungan dari sumber R dan A, namun pengaruh R masih lebih kuat
4. Sumber PA, yang merupakan penggabungan dari sumber A dan R, namun karena sudah menjelang hijrah tampaknya sumber A lebih kuat
5. Sumber E, yang merupakan editing kemudian dari kisah-kisah yang telah diceritakan berulang-ulang
6. Sumber T, yang merupakan penambahan paling belakang dengan menambahkan kisah yang belum pernah ada.

Coba kita lihat hipotesa diatas dengan membahas satu cerita lagi.
Contoh yang akan dibahas adalah cerita tentang pemusnahan Bani Ad, saya ambil dari 4 sura Makiyah dan 1 sura Madaniyah yang menunjukkan adanya indikasi perbedaan sumber dan perubahan tersebut.

Pertama :
Tidak ada cerita tentang bagaimana Bani Ad dimusnahkan

Dikutip dari suta 89 Al-Fajr yang adalah surah ke 10 Makiyah yang diturunkan menurut kronologis Mesir
QS 89 : 6 :
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum Ad …….

Belum ada penjabaran ceritanya :
• Tidak disebutkan hukumannya apa
• Tidak disebutkan lamanya hukuman
• Kata Rabb digunakan 8 kali, kata Allah tidak digunakan.
• Berasal dari awal Mekah
Jadi bisa dikategorikan berasal dari SUMBER R (Rabb)

Catatan tambahan :
QS 89 : 6 :
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum Ad?

Kisah bani Ad pertama muncul di QS 89 : 6 ini, jadi belum ada kisah tentang bani Ad sebelumnya. Bagaimana mungkin muncul pertanyaan “Apakah kamu tidak memperhatikan …..?
Jelas ini mengindikasikan bahwa cerita bani Ad PASTI SUDAH DIKETAHUI sebelumnya, atau dengan kata lain ADA CERITA LEGENDA tentang bani Ad yang telah beredar sebelumnya.
Kalau begitu Al-qur’an mengandung cerita legenda, jadi tidak seluruhnya firman Allah??

Kedua :
Bani Ad dimusnahkan dalam 1 hari.

Dikutip dari sura 54 Al Qamar yang adalah surah ke 37 Makiyah yang diturunkan menurut kronologis Mesir.
QS 54 : 19 :
“Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada HARI NAAS yang terus menerus
Terjemahan Yusuf Ali :
For We sent against them a furious wind on A DAY of violent disaster

Cerita sudah lebih lengkap :
• Hukumannya disebutkan yaitu ANGIN YANG SANGAT KENCANG
• Lamanya disebutkan yaitu 1 HARI
• Dikisahkan dalam 5 ayat yang lebih panjang daripada QS 89
• Kata Rabb digunakan 1 kali kata Allah juga digunakan 1 kali.
• Namun lebih dekat awal Mekah.
Jadi bisa dikategorikan berasal dari SUMBER DR (Deutero Rabb = Rabb yang Kemudian)

Ketiga :
Bani Ad dimusnahkan dalam beberapa hari

Dikutip dari sura 41 Fushshilat yang adalah surah ke 61 Makiyah yang diturunkan menurut kronologis Mesir
QS 41 : 16 :
“Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam BEBERAPA HARI yang sial …

Cerita sudah lebih lengkap lagi dibandingkan QS 54 :
• Hukuman dipertegas lagi dimana bukan hanya sekedar angin kencang, namun ANGIN YANG AMAT GEMURUH jadi semacam BADAI
• Lamanya sudah berubah dari 1 hari menjadi BEBERAPA HARI
• Dikisahkan dalam 6 ayat (ayat 13 – ayat 18) yang lebih panjang dibandingkan QS 54.
• Kata Rabb digunakan 12 kali, kata Allah digunakan 14 kali.
• Lebih dekat akhir Mekah
Jadi bisa dikategorikan berasal dari SUMBER PA (Proto Allah)

Keempat :
Bani Ad dimusnahkan dalam 7 malam dan 8 hari

Dikutip dari surah 69 Al Haaqqah yang adalah surah ke 78 Makiyah yang diturunkan menurut kronologis Mesir
QS 69 : 6 – 7 :
”Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama 7 malam dan 8 hari terus menerus …….

Cerita mengalami editing lagi, dimana :
• Angin yang amat kencang dan angin yang amat gemuruh karena dirasa tidak sinkron makanya dituliskan hanya ANGIN ITU saja. Jadi bisa ditafsirkan angin kencang maupun angin gemuruh.
• Lamanya sudah diperjelas dari BEBERAPA HARI menjadi 7 MALAM 8 HARI.
• Karena cerita hanya bersifat informasi tambahan, maka hanya dikisahkan dalam 5 ayat (ayat 4 – ayat 8) yang lebih pendek daripada QS 54 dan 41.
Namun karena kisah ini sudah pernah muncul sebelumnya, jadi bisa dikategorikan berasal dari SUMBER E (Editing)

Kelima :
Hukuman dengan merobohkan tembok.

Dikutip dari surah 22 Al Hajj yang adalah surah ke 17 Madaniyah yang diturunkan menurut kronologis Mesir
QS 22 : 42 – 45
• Tidak ada penggambaran hukuman angin, melainkan hukuman adalah dengan merobohkan tembok-tembok menutupi atap-atap.
• Kata Rabb ditemukan 8 kali, kata Allah ditemukan 50 kali
Karena diturunkan di periode Madinah akhir, maka dapat dikategorikan berasal dari SUMBER A. Namun karena kata Rabb juga muncul, sangat mungkin kata-kata Rabb ini ditambahkan kemudian oleh SUMBER T.

Terlihat bagaimana adanya perbaikan dan editing terhadap Al-Qur’an sesuai dengan kronologisnya :
• Ayat yang pertama QS 89 : 6, tidak menyebut apa hukumannya
• Ayat yang kedua QS 54 : 19 menyebut 1 hari
• Ayat berikutnya QS 41 : 16, setelah nabi SAW lebih mengetahui tentang kisah bani Ad ternyata berubah menjadi “beberapa hari”
• Ayat berikutnya QS 69 : 7, karena dirasa ayat sebelumnya tidak memuaskan karena hanya menyebut “beberapa hari”, maka harus diperjelas dengan menuliskan 7 malam dan 8 hari.
• Ayat berikutnya QS 22 : 42 – 45 mengisahkan cerita yang sama sekali berbeda karena berasal dari periode Madinah

Namun sekali lagi, ini hanya teori.

Muhammad stress berat sampai mau melakukan bunuh diri beberapa kali dengan mencoba melompat dari bukit tinggi ketika Waraqa bin Naufal si ahli Kitab yang pernah menterjemahkan Taurat dan Injil dalam bahasa Arab meninggal dunia.

Sesudah wafatnya Waraqa, wahyu untuk Muhammad pun tidak turun-turun untuk suatu masa. Ini jelas bahwa Muhammad sangat khawatir bahwa wahyu yang didapatnya dari Waraqa tidak bisa di teruskan karena dia kurang memahami Kitab2 sebelumnya. Oleh karena itu, dia mencoba membunuh dirinya daripada ketahuan nyontek dari kitab terjemahan atau gubahan Waraqa. Setelah mengurungkan niatnya akhirnya dia nekat melanjutkan wahyu Waraqa dengan cara belajar sambil jalan. Makanya diperlukan waktu 23 tahun untuk menyampaikan hasil karya Waraqa yang dikumpulkan dari contek sana contek sini. Stress deh jadinya, kalo contekan hilang.

Sahih Bukhari. Volume 1, Book 1, Number 3:
Narrated 'Aisha:

...........................................................

Khadija then accompanied him to her cousin Waraqa bin Naufal bin Asad bin 'Abdul 'Uzza, who, during the PreIslamic Period became a Christian and used to write the writing with Hebrew letters. He would write from the Gospel in Hebrew as much as Allah wished him to write. He was an old man and had lost his eyesight. Khadija said to Waraqa, "Listen to the story of your nephew, O my cousin!" Waraqa asked, "O my nephew! What have you seen?" Allah's Apostle described whatever he had seen. Waraqa said, "This is the same one who keeps the secrets (angel Gabriel) whom Allah had sent to Moses. I wish I were young and could live up to the time when your people would turn you out." Allah's Apostle asked, "Will they drive me out?" Waraqa replied in the affirmative and said, "Anyone (man) who came with something similar to what you have brought was treated with hostility; and if I should remain alive till the day when you will be turned out then I would support you strongly." But after a few days Waraqa died and the Divine Inspiration was also paused for a while.



Sahih Bukhari, Vol 9, Book 87. Interpretation Of Dreams. Hadith 111.
http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/h...ri/087.sbt.html
Narrated By 'Aisha:

...........................................................

Waraqa said, "This is the same Namus (i.e., Gabriel, the Angel who keeps the secrets) whom Allah had sent to Moses. I wish I were young and could live up to the time when your people would turn you out." Allah's Apostle asked, "Will they turn me out?" Waraqa replied in the affirmative and said: "Never did a man come with something similar to what you have brought but was treated with hostility. If I should remain alive till the day when you will be turned out then I would support you strongly." But after a few days Waraqa died and the Divine Inspiration was also paused for a while and the Prophet became so sad as we have heard that he intended several times to throw himself from the tops of high mountains and every time he went up the top of a mountain in order to throw himself down, Gabriel would appear before him and say, "O Muhammad! You are indeed Allah's Apostle in truth" whereupon his heart would become quiet and he would calm down and would return home. And whenever the period of the coming of the inspiration used to become long, he would do as before, but when he used to reach the top of a mountain, Gabriel would appear before him and say to him what he had said before. (Ibn 'Abbas said regarding the meaning of: 'He it is that Cleaves the daybreak (from the darkness)' (6.96) that Al-Asbah. means the light of the sun during the day and the light of the moon at night).



Sahih Bukhari. Vol 4, Book 55. Prophets. Hadith 605.
Narrated By 'Aisha :
The Prophet returned to Khadija while his heart was beating rapidly. She took him to Waraqa bin Naufal who was a Christian convert and used to read the Gospels in Arabic. Waraqa asked (the Prophet), "What do you see?" When he told him, Waraqa said, "That is the same angel whom Allah sent to the Prophet) Moses. Should I live till you receive the Divine Message, I will support you strongly."



Sahih Bukhari, Vol 6, Book 60. Prophetic Commentary On The Qur'an (Tafseer Of The Prophet (pbuh)). Hadith 478.

Narrated By 'Aisha :

....................................................

Then Allah's Apostle returned with that experience; and the muscles between his neck and shoulders were trembling till he came upon Khadija (his wife) and said, "Cover me!" They covered him, and when the state of fear was over, he said to Khadija, "O Khadija! What is wrong with me? I was afraid that something bad might happen to me." Then he told her the story. Khadija said, "Nay! But receive the good tidings! By Allah, Allah will never disgrace you, for by Allah, you keep good relations with your Kith and kin, speak the truth, help the poor and the destitute, entertain your guests generously and assist those who are stricken with calamities." Khadija then took him to Waraqa bin Naufil, the son of Khadija's paternal uncle. Waraqa had been converted to Christianity in the Pre-lslamic Period and used to write Arabic and write of the Gospel in Arabic as much as Allah wished him to write. He was an old man and had lost his eyesight. Khadija said (to Waraqa), "O my cousin! Listen to what your nephew is going to say." Waraqa said, "O my nephew! What have you seen?" The Prophet then described whatever he had seen. Waraqa said, "This is the same Angel (Gabriel) who was sent to Moses. I wish I were young." He added some other statement. Allah's Apostle asked, "Will these people drive me out?" Waraqa said, "Yes, for nobody brought the like of what you have brought, but was treated with hostility. If I were to remain alive till your day (when you start preaching). then I would support you strongly." But a short while later Waraqa died and the Divine Inspiration was paused (stopped) for a while so that Allah's Apostle was very much grieved.

Narrated Jabir bin 'Abdullah: While Allah's Apostle was talking about the period of pause in revelation. He said in his narration. "Once while I was walking, all of a sudden I heard a voice from the sky. I looked up and saw to my surprise, the same Angel as had visited me in the cave of Hira.' He was sitting on a chair between the sky and the earth. I got afraid of him and came back home and said, Wrap me! Wrap me!" So they covered him and then Allah revealed:

'O you, wrapped up! Arise and warn and your Lord magnify, and your garments purify and dessert the idols.' (74.1-5)

Abu Salama said, "(Rijz) are the idols which the people of the Pre-lslamic period used to worship." After this the revelation started coming frequently and regularly.

Sering kali ada pernyataan bahwa, Alquran adalah kitab yang benar dan mengoreksi kitab-kitab yang sudah ada sebelumnya (Taurat, Injil dan Zabur), karena diwahyukan pada nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad, secara logika bisa diterima jika asumsinya bahwa yang berikutnya selalu mengkoreksi yang sebelumnya, apalagi yang belakangan khan sudah menemukan kontradiksi atau kesalahan-kesalahan yang menurut Dia (Muhammad) perlu diperbaiki atau diluruskan.

Hal ini akan masuk akal juga apabila yang terakhir (Muhammad) sudah pernah membaca, mengetahui atau minimal mendengarkan cerita-cerita dari kitab-kitab sebelumnya, sehingga kritik, koreksi dan penyempurnaan begitu gampang dilakukan, tetapi menurut versi sendiri.

Dan ini berarti yang lalu bisa dianggap salah, malahan ada yang dianggap sudah direkayasa atau dimanipulasi oleh penganutnya sendiri, tuduhan-tuduhan semacam itu akan muncul, bila ditemukan perbedaan-perbedaan antara kitab yang baru (Alquran) dengan kitab sebelumnya, sehingga yang lama selalu dipersalahkan. Apakah benar demikian ??

Marilah kita berdiskusi dengan menggunakan dimensi waktu, zaman atau sejarah yang lebih Independence, jangan terlalu memihak pada argumen dari masing2 kepercayaan.

Alquran menuliskan untuk menghormati Ahli Kitab ( Taurat dan Injil ) dan untuk mengikutinya :

Surat 3 Ali Imran ayat 81 :
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian para Nabi, Sesungguhnya apa saja yang Aku berikan kepada kamu berupa Kitab dan Hikmah, kemudian datang kepada kamu seorang rasul yang membenarkan apa-apa yang ada pada kamu (Taurat dan Injil), (hendaknya) kamu sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.

Surat 4 An Nisaa ayat 136:
Hai orang-orang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan (beriman kepada) Kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan Kitab (Taurat dan Injil) yang diturunkan sebelumnya. Dan barangsiapa yang ingkar kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yg jauh.

Surat 46 Al Ahqaaf ayat 30:
Mereka berkata Hai kaum kami. Sesungguhnya kami telah mendengar (Injil) yang diturunkan sesudah Musa, yang membenarkan kitab sebelumnya (Taurat), yang memberikan petunjuk kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.

Pendapat kebanyakan kaum muslim adalah Alkitab (Taurat dan Injil) yang sekarang ada adalah palsu, tidak asli, buatan Paulus padahal Paulus hidup pada abad pertama, mari kita selidiki sejarah :

Alquran ditulis sekitar 644-656 M (Zaman Khalifah Utsman bin Affan), pada waktu nabi muhammad masih hidup (571-632 Masehi) Alquran masih terdiri atas ayat-ayat hafalan.
Sedangkan Injil (Lukas, Paulus, Markus dll) disusun sejak 196 M, sampai adanya konsili Nicea (325 M) dan proses selesainya Kanonisasi (pengumulan dan pengesahan menjadi kitab suci) 367 M, Ini berarti Alkitab sudah selesai disusun (finish) jauh sebelum Alquran ada.

PEMBAHASAN MASALAH :

- Apakah ini dapat dikatakan bahwa Alquran sebenarnya sudah mengamini hasil konsili Nicea beserta semua tulisan Taurat, Matius, Lukas, Paulus dll yang ada di kitab suci (Alkitab) ?

- Apabila umat Islam meragukan hasil konsili Nicea, berarti juga meragukan hasilnya, yaitu Alkitab (termasuk didalamnya tulisan rasul Paulus) dan ini berarti sama saja menghujat Allah yang diamini sebagai yang menurunkan Alquran ?

- Apabila umat Islam masih meragukan keaslian Alkitab yang ada sekarang ini, kenapa di Alquran tidak menunjuk Injil yang mana ? taurat yang mana ? atau mempertegas misalnya : "Kitab Suci yang dimaksud itu adalah yang ditulis oleh Markus, Lukas, atau Barnabas yang ada ditangan Kaisar Constantinus dst dst...", karena sudah ada saat itu, dan Allah Maha Tahu ?

- Dan Apabila masih ngotot bahwa Alkitab sudah direkayasa, mesti ditunjukan Alkitab ( Injil dan Taurat ) yang menurut anda benar, dan mesti dengan petunjuk alquran ? dan jangan saling bertentangan atau hanya tafsir belaka.

- Apabila muhammad nabi terakhir, dan berusaha meluruskan ajaran Tauhid (katanya), apalagi selalu mendapat wahyu dan bimbingan dari Allah, mestinya tahu dong kejadian-kejadian sebelumnya (ratusan tahun sebelumnya) seperti : Rasul Paulus yang di anggap dusta, Konsili Nicea yang ada dua kubu itu dan proses terbentuknya Alkitab, mengapa dia tidak bisa menunjukan Injil dan Taurat yang dimaksudnya benar ?

- Apabila tidak ditemukan jawaban yang jelas mengenai permasalahan diatas, sedangkan umat Islam percaya bahwa Alquran sudah SEMPURNA, ini berarti SEMUA KITAB SUCI NASRANI (=ahli kitab) itu BENAR.

KESIMPULAN :

Usaha untuk meragukan kebenaran Alkitab adalah sama dengan mengingkari Alquran.
Bahkan di dalam surat Al Maa-idah dinyatakan lebih tegas lagi bahwa jika kita tidak menurut Taurat dan Injil, maka tidak dipandang beragama,

Surat. 5 Al Maa-idah ayat 68 :
"Katakanlah: Hai ahli kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan apa-apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu."
(Qul yaa ahlal kitaabi lastum 'alaa syai-in hattaa tukimut tauraata wa injila wa ma unzila ilaikum mir rabbkum.)

INFORMASI :

Tidak ada rekayasa atau perubahan-perubahan dalam Alkitab, sejak tahun 367 M, yang ada hanya perbedaan penerjemahan dari bahasa aslinya (Ibrani dan Yunani) ke dalam bahasa-bahasa lainnya, yang menyebabkan Alkitab terkesan selalu direvisi atau diubah-ubah, itu disebabkan karena keterbatasan dari masing-masing bahasa suatu negara, sehingga perlu kembali melihat ke bahasa aslinya, yang penting disini adalah konteksnya sama, karena tidak semua persepsi dalam bahasa bisa sama.

Konsili Nicea 325 M adalah untuk mempertahankan doktrin Tritunggal bukan mengakuinya. Sebab yg di bahas adalah kesesatan ARIANUS(Arianism) yg mengajarkan pada gereja2 timur(ortodoks) bahwa : Yesus bukan Tuhan dan manusia pada waktu yg sama = menentang doktrin Tritunggal).

Sehingga timbul pertentangan tafsir yang berujung perpecahan sekte antara lain : Basilidius, Nazarenes, Essenes, Pauline dan "Nestorian".

Pada masa kecilnya Muhammad diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. dan ketika berusia 12 tahun, Muhammad telah mengikuti perjalanan dagang yang dilakukan oleh Abu Thalib ke banyak kota di Timur Tengah, terutama Damaskus, dalam sebuah perjalanan dagang dengan pamannya itulah Muhamad bertemu dengan seorang "pendeta Nestorian" yang pengelana bernama Bahira yang melihat tanda-tanda kenabian dalam diri Muhamad. Hal itu disampaikan oleh Bahira pada Abu Thalib, dan selama beberapa waktu Muhamad mendapat bimbingan dari Bahira yang akhirnya mengikuti perjalanana dagang Abu Thalib pula selama beberapa waktu. Diyakini, dalam masa inilah Muhamad diperkenalkan dengan paham-paham Nasrani Nestorian yang dibawa oleh Bahira.

Doktrin Tritunggal yang sangat ditentang oleh orang Islam, sebenarnya telah menjadi doktrin Gereja dari sejak awal, sejak Yesus masih hidup.

Silahkan baca tulisan2 Paulus, Petrus, dan Perjanjian Baru (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes saja ditulis antara th 70 s/d th 95) sekalipun adalah bukti doktrin Tritunggal jauh sebelum konsili Nicea, ditambah ajaran dan pembelaan Bapa2 Gereja muda seperti Ignatius, Clemens, Origen dll.

Jadi perdebatan kelompok Arianism pada TAFSIR kitab Injil terus berlangsung sampai sekarang dengan baju baru dan penjelmaan baru, salah satunya adalah para pengikut Muhammad.

PENGUMPULAN AL-QUR’AN MENURUT SUMBER KRISTEN

Selama ini dunia muslim hanya disuguhkan satu versi mayoritas pengumpulan Al-Qur’an melalui hadis sahih Bukhari.
Versi Bukhari (816 M – 870 M) tertulis dalam 2 hadis, dimana hadis pertama menempatkan pengumpulan awal oleh khalifah Abu Bakar (Volume 006, buku 061, Hadis nomor 509) dan pengumpulan dan penulisan ulang kedua oleh khalifah Usman (Volume 006, buku 061, hadis nomor 510.)
Sangat menarik karena sebetulnya dari sumber Kristen ternyata telah lebih dahulu menuliskan pengumpulan Al-qur’an dengan variasi yang sedikit berbeda. Sang penulis adalah AL-KINDI.

Kehidupan Al-Kindi.
Sumber :
Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam
DR. Th van den End dan DR. Christiaan de Jonge
UPI STT, 2003, halaman 58


Mengenai pribadi dan kehidupan Al-Kindi kita tidak tahu banyak. Sangat mungkin ia adalah seorang Nestorian …. Ia hidup sekitar tahun 800. Dengan Al-Hasyimi, seorang teman berbangsa Arab dan beragama Islam, Al-Kindi mengadakan surat menyurat mengenai persoalan agama …

Dalam bukunya The Apology of Al-Kindi yang ditulis tahun 830 M, pertama kalinya dituliskan tentang pengumpulan al-Qur’an oleh Usman dan Zaid bin Tsabit.
Bahkan lebih jauh lagi Al-Kindi menuliskan tentang penyusunan kemudian oleh Al-Hajjaj.
Kutipan-kutipan diambil dari sumber berikut ini :
THE APOLOGY OF AL KINDY
WRITTEN AT THE COURT OF AL MÂMÛN
(Circa A.H. 215; A.D. 830),
Terjemahan oleh William Muir, 1887
Bab : The Coran, Materials and Mode of Collection


Disebutkan bahwa Muhammad SAW meninggalkan satu copy Al-Qur’an dalam tangan Ali.
Sumber :
Ibid, halaman 71

But the Jews had already succeeded in tampering with the text of the Coran which Mahomet had left in Aly's hands,

Namun orang-orang Yahudi telah berhasil mendistorsi teks Al-Qur’an yang oleh Muhammad telah diberikan kepada Ali.


Kisah serupa dimana Muhammad SAW meninggalkan teks Al-Qur’an kepada Ali terekam dalam sumber berikut.
Az-Sanjani, Tarikh, p 66

Diriwayatkan bahwa nabi SAW pernah berkata kepada Ali : “Hai Ali, al-Qur’an ada dibelakang tempat tidurku, (tertulis) di atas suhuf, sutera dan kertas. Ambil dan kumpulkanlah. ……… Ali menuju ketempat itu dan membungkus bahan-bahan tersebut dengan kain berwarna kuning

Al-Kindi tidak mencatat adanya kisah tentang penyusunan awal oleh Abu Bakar, Umar dan Zaid bin Tsabit. Dalam kitab sahihnya Volume 006, buku 061, Hadis nomor 509, Bukhari memang menambahkan satu kisah pengumpulan yang dilakukan oleh Abu Bakar yang merasa khawatir tentang hilangnya Al-Qur’an akibat meninggalnya banyak muslim dalam pertempuran Yamama. Namun sangat mungkin kisah ini adalah kisah palsu yang ditambahkan untuk memberikan legitimasi mushaf Usman yang seolah-olah telah disusun hanya sekitar 2 tahun setelah meninggalnya Muhammad SAW.

Keabsahan cerita-cerita pengumpulan oleh Abu Bakar, Umar dan Zaid bin Tsabit memang sangat meragukan. Cerita tentang keterlibatan mereka dalam pengumpulan Qur’an tidak pernah muncul dalam tulisan sebelum sekitar tahun 850 an M (sekitar 220 tahun setelah nabi SAW meninggal). Sebagai contoh :
• Cerita keterlibatan Abu Bakar, Umar dan Zaid tidak ada dalam kitab Tabaqat karya Ibn Sa’d (meninggal 845 M) dalam bagian yang membahas tentang Abu Bakar, Umar dan Zaid. Mustahil jika Ibn Sa’d tidak menuliskan keterlibatan mereka dalam pengumpulan jika hal itu memang terjadi.
• Cerita keterlibatan Abu Bakar, Umar dan Zaid juga tidak muncul dalam Musnad Ahmad bin Hanbal (meniggal 855 M) yang telah mengumpulkan begitu banyak laporan tentang jasa-jasa para sahabat nabi.

Laporan Al-Kindi langsung menyebutkan tentang munculnya perbedaan bacaan antara komunitas muslim dalam era Usman.
Sumber :
Ibid, halaman 73

"Then the people fell to variance in their reading. Some read according to the version of Aly ………... A party read according to the text of Ibn Masûd, following the saying of thy Master,—'Whosoever would read the Coran in its pristine purity and freshness, let him read after Ibn Omm Mabad'; and he used to repeat it over to him (Mahomet) once every year, and in the year he died, twice. And, yet again, some read after Obey ibn Kab, following thy Master's word,—'The best reader amongst you all is Obey.

Kemudian orang-orang mulai berbeda dalam pembacaan mereka. Beberapa mengikuti versi Ali ….. Satu golongan mengikuti text dari ibn Masud, mengikuti apa yang dikatakan Rasulullah – ……… Dan bahkan beberapa membaca mengikuti Ubay bin Kaab ……..


Kisah ini mirip dengan laporan Bukhari Volume 006, buku 061, hadis nomor 510 yang menyebutkan tentang perbedaan bacaan antara pasukan dari Syam dan dari Irak.

Disebutkan Usman kemudian menuliskan ulang Al-qur’an melalui Zaid bin Tsabit dan menolak Al-Qur’an versi Ali. Ibn Mas’udpun dilaporkan menolak menyerahkan mushafnya untuk dimusnahkan dan akibatnya dia dicopot dari jabatannya.
Sumber :
Ibid, halaman 74.

When this was represented to Othmân, and the danger urged of division, strife, and apostacy, he thereupon caused to be collected together all the leaves and scraps that he was able, together with the copy that was written out at the first. But they did not interfere with that which was in the hands of Aly, or of those who followed his reading. Obey was dead by this time. As for Ibn Masûd, they demanded his exemplar, but he refused to give it up, and so Abu Mûsa was appointed governor of Kufa in his room.2 Then they commanded Zeid ibn Thâbit, and with him Abdallah ibn Abbâs (others say Mohammed, son of Abu Bekr), to revise and correct the text, eliminating all that was corrupt

Ketika hal ini disampaikan kepada Usman, dan bahaya tentang perbedaan itu, konflik dan kekafiran, dia kemudian memerintahkan pengumpulan Al-Qur’an dari daunan dan bahan apapun yang dapat dikumpulkan, bersamaan dengan copy yang ditulis pertama kali. Tetapi mereka tidak menggunakan mushaf yang ada ditangan Ali, dan mereka yang mengikuti bacaan Ali. Ubay telah meninggal saat itu. Sementara tentang Ibn Masud, mereka meminta mushafnya, namun dia menolak menyerahkannya, sehingga Abu Musa kemudian dikirim sebagai gubernur Kufa menggantikannya. Kemudian mereka memerintahkan Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Abbas (yang lain menyebutkan Muhamamd, anak Abu Bakr) untuk merevisi dan mengkoreksi text, membuang semua yang salah.


Kemudian dibuatlah 4 copy, namun 3 diantaranya musnah. Ditulis juga upaya Usman memusnahkan semua mushaf lainnya.
Sumber :
Ibid, halaman 74 - 75

When the recension was completed, four exemplars were written out in large text, and one sent to Mecca, and another to Medina. The third was despatched to Syria, and is to this day at Malatia (Melitene). The copy at Mecca remained there till the city was stormed by Abu Sarâya (that is, the last time the Kaaba was sacked, A.H. 200); he did not carry it away ; but it is supposed to have been burned in the conflagration. The Medina exemplar was lost in the reign of terror, that is, in the days of Yezîd ibn Muâvia. The fourth exemplar was deposited in Kûfa, then the centre of Islam and home of the Companions of the Prophet. People say that this copy is still extant there; but this is not the case, for it was lost in the insurrection of Mukhtâr. "After what we have related above, Othmân called in all the former leaves and copies, and destroyed them, threatening those who held any portion back ….

Ketika penulisan selesai, 4 eksemplar ditulis dengan teks yang besar dan satu dikirim ke Mekah dan satu ke Medinah. Yang ketiga dikirim ke Syria dan sekarang berada di Malatia. Copy yang diMekah tetap berada disana hingga kota diserbu oleh Abu Saraya, dia tidak membawanya namun tampaknya telah terbakar dalam kekacauan. Mushaf di Medina hilang saat periode kekacauan, yaitu pada saat Yazid ibn Muawiya. Mushaf ke empat dikirim ke Kufa yang kemudian menjadi pusat Islam dan tempat tinggal sahabat-sahabat Rasulullah. Masyarakat menyatakan bahwa mushaf itu masih disana, namun sesungguhnya mushaf sudah hilang pada saat terjadi pemberontakan oleh Mukhtar.Kemudian Usman memerintahkan semua salinan yang lain dikumpulkan dan memusnahkannya, mengancam siapapun yang masih menyimpannya ….


Mushaf Al-Qur'an yang resmi ternyata bisa hilang begitu saja.

Kemudian dituliskan peranan al-Hajaj yang mengrang Al-Qur’an yang baru dan menuliskan 6 salinan untuk disebarkan, serta memusnahkan lagi untuk kedua kalinya salinan-salinan al-Qur’an sebagaimana telah dilakukan oleh Usman.
Sumber :
Ibid, halaman 77

“Then followed the business of Hajjâj ibn Yûsuf, who gathered together every single copy he could lay hold of, and caused to be omitted from the text a great many passages. Amongst these, they say, were verses revealed concerning the House Omeyya with the names of certain, and concerning the House of Abbâs also with names. Six copies of the text thus revised were distributed to Egypt, Syria, Medina, Mecca, Kufa, and Bussora. After that he called in and destroyed all the preceding copies, even as Othmân had done before him.

Kemudian muncul persoalan Hajaj ibn Yusuf, yang mengumpulkan semua mushaf yang dapat dia kumpulkan, dan menghilangkan banyak ayat-ayat darinya. ……… Enam teks (mushaf) yang telah direvisi didistribusikan ke Mesir, Syria, Medina, Mekah, Kufa dan Basrah. Setelah itu dia mengumpulkan dan memusnahkan semua mushaf yang masih ada, sama seperti yang telah dilakukan Usman.


Tulisan Al-Kindi ini diperkuat oleh tulisan dari Ibn Abu Dawud (817 M – 889 M) yang melaporkan adanya perubahan kemudian terhadap mushaf Usman yang dilakukan oleh Al Hajjaj Ibn Yusuf Al-Thakafi, yang hidup 660 – 714 M, seorang guru bahasa Arab di Taif. Dia kemudian bergabung dengan militer dan menjadi seorang yang sangat berpengaruh saat kekuasaan kalifah Abd al-Malik Ibn Marwan dan Al-Waleed Ibn Abd al-Malik.
Sumber “
Ulum Al-Qur’an,
Ahmad von Denffer,
The Islamic Foundation, 1994, halaman 56 :


“ACCORDING TO IBN ABI DAWUD ELEVEN CHANGES WERE MADE UNDER AL-HAJJAJ. THESE ARE AGAIN ACCORDING TO IBN ABI DAWUD, MISTAKES WHICH WERE MADE IN THE PREPARATION OF 'UTHMAN'S COPY."

"Menurut Ibn Abi Dawud sebelas perubahan dibuat oleh Al-Hajjaj. Perubahan-perubahan ini menurut Ibn Abi Dawud, kesalahan-kesalahan yang dibuat dalam persiapan pembuatan mushaf Usman


Laporan Al-Kindi juga menjelaskan bahwa salinan Usman telah musnah dan yang ada pada saat itu adalah salinan dari Hajjaj ibn Yusuf. Ini menjelaskan kenapa tidak ada mushaf asli Usman yang selamat sampai pada era modern sekarang ini.
Sumber-sumber berikut mengkonfirmasikan tidak adanya mushaf asli Usman.
Sumber :
Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an
DR. Subhi as Shalih
Pustaka Firdaus, April 2001, hal 101


Dimanakah mushaf salinan Usman saat ini?. Sampai sekarang pertanyaan seperti itu belum dapat dijawab secara memadai. Dekorasi dan gambar-gambar yang memisahkan satu surah dari surah lain atau yang menandai setiap sepersepuluh juz menunjukkan bahwa mushaf pustaka kuno yang dewasa ini berada di didalam perpustakaan nasional di Kairo bukanlah mushaf salinan Usman mengingat bahwa salinan Usman tidak ada hal-hal semacam itu.

Sumber :
Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an
Taufik Adnan Amal
FKBA, Agustus 2001, halaman 205 – 206


Terdapat sebuah manuskrip al-Qur’an yang disimpan di masjid al Husain di Kairo. Mushaf ini dinisbatkan kepada Usman dan ditulis dengan tulisan Kufi kuno. Tetapi bisa dikemukakan bahwa naskah tersebut merupakan salinan dari mushaf Usman (Ahmad Adil Kamal, Ulum al-Qur’an, Kairo, 1974 hal. 56). Semisal dengannya adalah manuskrip yang tersimpan di Tashkent ………….
Sejumlah kesimpang siuran tentang mushaf-mushaf utsmani ini pada gilirannya mengantarkan sejumlah sarjana muslim pada keyakinan bahwa naskah-naskah tersebut telah hilang tanpa bekas. Manuskrip-manuskrip kuno yang ada dewasa ini hanya dipandang sebagai salinan sempurna dari mushaf-mushaf usmani. …….
Sejalan dengannya, penelitian-penelitian tentang naskah kuno al-Qur’an mengungkapkan bahwa manuskrip-manuskrip al-Qur’an tertua – baik dalam bentuk lengkap atau hanya sebagian saja – yang ada dewasa ini adalah berasal dari abad ke 2 H.


Sumber :
Studi Ulumul qur’an – Telaah Atas Mushaf Ustmani
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, terj. Drs. Taufiqurrahman M.Ag.
Pustaka Setia, 2003, halaman 33


Penulis kitab Manahil al-Irfan berkata, “Kami tidak memiliki dalil atau petunjuk yang kuat mengenai keberadaan Mushaf Usmani sekarang, terutama dalil yang menunjukkan tempatnya……. Adapun peninggalan mushaf-mushaf yang tersimpan di khazanah-khazanah kitab dan museum-museum di Mesir yang menurut satu pendapat adalah mushaf Ustmani, kami sangat meragukan kebenarannya karena didalamnya terdapat lukisan-lukisan atau gambar-gambar yang diletakkan sebagai ciri yang membatasi antar surat-surat …… Padahal sebagaimana diketahui, mushaf Ustmani tidak memiliki semua itu, bahkan tidak memiliki titik dan syakal sekalipun.

KESIMPULAN
Dari uraian Al-Kindi diatas dapat dikatakan :
1. Sangat mungkin Muhammad SAW meninggalkan catatan-catatan kepada Ali, dan catatan-catatan ini ironisnya sudah dimusnahkan oleh Usman atau Hajjaj ibn Yusuf.

2. Tidak ada pengumpulan pertama oleh Abu Bakar, Umar dan Zaid. Ini diperkuat oleh absennya laporan keterlibatan mereka dalam buku Ibn Sad dan Ahmad bin Hanbal.

3. Mushaf Usman juga sudah musnah, yang ada adalah mushaf al-Hajjaj.



EPILOG.
Menarik untuk mengutip pendapat berikut.
Sumber :
Lubang Hitam Agama
Sumanto Al-Qurtuby
Penerbit RumahKata, 2005, halaman 36 – 37


Menyadari realitas sejarah yang demikian, umat Islam bukan melakukan kritik diri sebaliknya membela mati-matian otoritas dan supremasi teks Al-Qur’an seraya menggembar-gemborkan sebagai teks yang otentik, asli, original, made in Tuhan, bukan teks palsu, imitasi seperti Bibel, Injil dan lainnya. Ini adalah bagian dari lelucon yang tidak lucu dari umat Islam yang katanya umat terbaik itu

Memang inilah lelucon yang paling tidak lucu, kitab yang kacau balau susunannya dan sangat tidak komprehensif dinyatakan “made in Tuhan” dan klaim kosong itu dipercaya mati-matian.

TEORI DOKUMEN TERTULIS


I. PENDAHULUAN

Jika kita membaca Al-Qur’an maka kita akan dihadapkan pada sederetan kisah-kisah yang saling tidak menyambung satu dengan yang lainnya. Sama sekali tidak ada satu pola penulisan yang baku, apakah itu kronologis ataupun topikal. Semuanya tercampur baur tanpa adanya kejelasan.

Richard Bell seorang pakar Islam dari Edinburg dalam bukunya yang berjudul Bell’s Introduction to The Qur’an mengemukakan sebuah teori menarik tentang keberadaan catatan-catatan ayat-ayat Al-Qur’an dan penyusunannya kemudian yang “ASAL-ASALAN”.

Sumber :
Richard Bell : Pengantar Quran
Direvisi oleh W. Montgomery Watt
Edinburg University Press, 1970
Terjemahan Indonesia : INIS, 1998

Bab VI.3 : Hipotesa Bell Tentang Dokumen Tertulis
… Teori ini tidak semata-mata bahwa bagian-bagian Quran ditulis pada masa yang cukup awal dalam karir Muhammad, tetapi lebih utama lagi kenyataan bahwa DITENGAH SURAH BISA MUNCUL BACAAN YANG SAMA SEKALI TIDAK BERKAITAN DENGAN KONTEKS harus dijelaskan dengan dugaan bahwa bacaan ini sebelumnya ditulis dibelakang “POTONGAN KERTAS” yang dipakai untuk salah satu bacaan bersebelahan yang memang termasuk dalam surah…….


Istilah kertas disini tidak harus berarti kertas seperti yang kita miliki sekarang


II. PEMBAHASAN MASALAH

Berikut akan diberikan beberapa contoh kasus.

A. Contoh Pertama : QS 5 : 3

Beberapa ahli menyatakan bahwa ayat QS 5 : 3c adalah ayat terakhir.
Sumber :
Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy,
Pustaka Rizki Putra, 2000, halaman 39 - 40

4. Ayat yang Terakhir Turunnya
Ayat yang terakhir turunnya menurut pendapat jumhur ialah :
Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu (S. 5 : Al Maidah, 3)


Jika dilihat keseluruhan ayat QS 5 : 3 dapat dibagi menjadi 4 bagian (a, b, c dan d). Ayat a, b, dan d berisikan tentang halal dan haram yang jelas adalah satu kesatuan. Sementara ayat terakhir yang bertopik kemenangan Islam justru hanya nyelip secara aneh di ayat c.

QS 5 : 3
3a. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekek, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala
3b. Dan (diharamkan) juga mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.
3c. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepadaKu. Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
3d. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Menyelipnya ayat 3c secara aneh ini jelas hanya dapat diterangkan dengan hipotesa dokumen tertulis sebagai berikut :

Ayat 3a dan 3b ditulis pada satu lembar kertas sendiri, sementara ayat 3d ditulis pada lembar terpisah. Kemudian ada yang mencatatkan ayat 3c dibalik kertas yang dipakai untuk mencatat 3a dan 3b. Oleh tim penyusun Usman yang mungkin tidak mengetahui hal ini dianggap ayat 3c ini adalah kesatuan dengan 3a, 3b dan 3d sehingga dituliskan berurutan. Padahal jelas-jelas ayat 3c ini memotong kesatuan ayat-ayat tentang halal dan haram tersebut.


B. Contoh Kedua : QS 84 : 10 - 25

Dalam ayat-ayat ini terdapat 2 topik yang dibahas yaitu :
1. Judul perikop untuk ayat 10 – 15 dalam bahasa Indonesia adalah : ORANG-ORANG DURHAKA MENERIMA CATATAN AMALNYA DARI BELAKANG DAN AKAN DIMASUKKAN KE DALAM NERAKA.
2. Sementara untuk ayat 15 – 25 judul perikop adalah : MANUSIA MENGALAMI PROSES KEHIDUPAN TINGKAT DEMI TINGKAT

Namun jika diperhatikan untuk perikop kedua yaitu ayat 15 – 25 ternyata sebetulnya terdiri dari 2 bahasan yaitu :
2.1 Ayat 16 – 19 berbicara tentang manusia yang mengalami kehidupan bertingkat-tingkat.
2.2 Ayat 20 – 25 : berbicara tentang nasib orang durhaka yang ternyata adalah kelanjutan dari ayat 10 – 15 sebelumnya
Jadi ayat 16 – 19 terkesan terselip begitu saja sehingga memotong keseluruhan ayat-ayat tentang hari kiamat.

Coba kita susun QS 84 10 – 25 menjadi 2 bagian yaitu :

Bagian pertama
ORANG-ORANG DURHAKA MENERIMA CATATAN AMALNYA
DARI BELAKANG DAN AKAN DIMASUKKAN KE DALAM NERAKA
QS 84 :
10 : Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang (thahrihi),
11 : maka dia akan berteriak: "Celakalah aku". (thubooran)
12 : Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (saAAeeran)
13 : Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir). (masrooran)
14 : Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya). (yahoora)
15 : (Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya. (baseeran)
20 : Mengapa mereka tidak mau beriman? (minoona)
21 : dan apabila Al Quraan dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud, (yasjudoona)
22 : bahkan orang-orang kafir itu mendustakan(nya). (yukaththiboona)
23 : Padahal Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka). (yooAAoona)
24 : Maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih, (aleemin)
25 : tetapi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya. (mamnoonin)


Terlihat bagaimana kesamaan rima dari ayat 10 – 15 dan 20 – 25 yaitu n (in, na, an) yang jelas mengindikasikan bahwa ayat-ayat itu semula adalah satu kesatuan yang kemudian terpisah oleh ayat sisipan 16 – 19.

Bagian kedua
Adalah ayat 16 – 19 yang berbicara tentang tingkat hidup manusia.
MANUSIA MENGALAMI PROSES KEHIDUPAN TINGKAT DEMI TINGKAT
QS 84
16 : Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja, (bialshshafaqi)
17 : dan dengan malam dan apa yang diselubunginya, (wasaqa)
18 : dan dengan bulan apabila jadi purnama, (ittasaqa)


Semua rima ayat 16 – 19 berakhiran dengan q yang jelas berbeda dengan ayat 10 – 15 dan 20 – 25 yang berakhiran n.
Transliterasi diambil dari DivineIslam's Qur'an Viewer software v2.8

Menyelipnya ayat 16 – 19 secara aneh ini jelas hanya dapat diterangkan dengan hipotesa dokumen tertulis sebagai berikut :

Semula QS 84 : 10 – 15 dan 20 – 25 ditulis dalam 2 lembar kertas terpisah. Kemudian ada yang mencatatkan ayat 16 – 19 dibalik kertas yang digunakan untuk mencatat ayat 10 – 15. Oleh tim penyusun Usman yang mungkin tidak mengetahui hal ini dianggap ayat 16 – 19 adalah kelanjutan ayat 10 – 15 sehingga dituliskan berurutan. Padahal jelas-jelas ayat 16 – 19 memotong kesatuan ayat-ayat tentang nasib orang-orang durhaka tersebut (ayat 10 – 15 dan 20 – 25).


C. Contoh Ketiga : QS 75 : 1 - 25

Dalam ayat-ayat ini terdapat 2 topik yang dibahas yaitu :
1. Judul perikop untuk ayat 1 – 15 dalam bahasa Indonesia adalah : HARI KIAMAT DAN HURU HARANYA.
2. Sementara untuk ayat 15 – 25 judul perikop adalah : TERTIB AYAT-AYAT DAN SURAT-SURAT DALAM AL QUR'AN MENURUT KETENTUAN ALLAH.

Namun jika diperhatikan untuk perikop kedua yaitu ayat 16 – 25 ternyata sebetulnya terdiri dari 2 bahasan yaitu :
2.1 Ayat 16 – 19 berbicara tentang tertib ayat-ayat Qur’an
2.2 Ayat 20 – 25 : berbicara tentang hari kiamat yang ternyata adalah kelanjutan dari ayat 1 – 15 sebelumnya

Jadi ayat 16 – 19 terkesan terselip begitu saja sehingga memotong keseluruhan ayat-ayat tentang hari kiamat.

Coba kita susun QS 75 1 – 25 menjadi 2 bagian yaitu :

Bagian pertama
Adalah : ayat 12- 15 dilanjutkan 20 – 25 yang berbicara tentang hari kiamat.
QS 75
1. Aku bersumpah demi hari kiamat,
2 dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) [1531].
3. Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?
4. Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.
5. Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.
6. Ia berkata: "Bilakah hari kiamat itu?"
7. Maka apabila mata terbelalak (ketakutan),
8. dan apabila bulan telah hilang cahayanya,
9. dan matahari dan bulan dikumpulkan,
10. pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat berlari?"
11. sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!
12. Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.
13. Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.
14. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri [1532],
15. meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.
20. Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,
21. dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.
22. Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri.
23. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.
24. Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram,
25. mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat.


Terlihat bagaimana penggabungan diatas menghasilkan satu konteks yang lengkap yaitu tentang HARI KIAMAT.

Bagian kedua
Adalah ayat 16 – 19 yang berbicara tentang tertib ayat-ayat Qur’an.
QS 75
16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya [1533].
17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
19. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.


Kesalahan ini diperjelas lagi dengan mengamati rima dari keseluruhan ayat 1 – 25 (sekalipun tidak sejelas contoh kedua diatas) :
1. Di ayat 1 – 15 terdiri dari : 4 akhiran ti / tun, 4 berakhiran hu dan 7 berakhiran ru / ra. Diayat 20 – 25 seluruhnya berakhiran ta / tun. Jadi mayoritas berakhiran t (10 kali) dan r (7 kali).
2. Sementara 16 – 19 seluruhnya bearakhiran hu / hi

Dalam aksara Arab, huruf dasar t dan r hampir sama yang jelas mengindikasikan ayat 1 – 15 dan 20 – 25 semula adalah satu kesatuan kemudian tersisipkan dengan ayat 16 – 19 yang jelas tidak ada kaitan konteks.

Menyelipnya ayat 16 – 19 secara aneh ini jelas hanya dapat diterangkan dengan hipotesa dokumen tertulis sebagai berikut :

Semula QS 75 : 1 – 15 dan QS 75 : 20 – 25 ditulis dalam 2 lembar kertas terpisah. Kemudian ada yang mencatatkan ayat 16 – 19 dibalik kertas yang digunakan untuk mencatat ayat 1 – 15. Oleh tim penyusun Usman yang mungkin tidak mengetahui hal ini dianggap ayat 16 – 19 adalah kelanjutan ayat 1 – 15 sehingga dituliskan berurutan. Padahal jelas-jelas ayat 16 – 19 memotong kesatuan ayat-ayat tentang hari kiamat tersebut (ayat 1 – 115 dan 20 – 25).

Sangat ironis karena diayat yang menjelaskan tentang tertib Al-Qur’an justru menjadi bukti tidak tertibnya ayat-ayat Al-Qur’an.


III. SANGGAHAN

Muslim mungkin akan berargumentasi bahwa penurunan ayat-ayat al-Qur’an adalah sepotong-sepotong disesuaikan dengan kejadian yang dihadapi oleh Muhammad SAW. Namun inipun tidak menjelaskan bagaimana bisa ayat yang sudah lengkap kemudian disisip secara acak dengan ayat-ayat lain yang tidak ada hubungan konteksnya.

Menarik membaca tulisan berikut.

Muslim Mengkritisii Sejarah Al-Qur’an
http://indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=3570
http://nomind.3.forumer.com/index.php?showtopic=52

awal kutipan
Kontradiksi berikutnya adalah tentang URUTAN SURAH-SURAH AL-QUR'AN

Pendapat pertama :
Al-Qur’an sudah disusun menurut ketentuan nabi Muhammad SAW

Dikutip dari :
Al Itqan I halaman 99
Al Burhan I halaman 237

Berdasar sebuah hadis dengan isnad dari Bukhari dan Muslim yang menyebutkan Zaid bin Tsabit berkata, “Di kediaman rasulullah kami dahulu menyusun ayat-ayat Al-Qur’an yang tercatat pada riqa ..”

Pengertian menyusun ditafsirkan menyusun ayat-ayat dan surah-surah menurut perintah nabi Muhammad SAW

Dikutip dari :
Sunan, Tirmidzi, kitab Al-Tafsir, bab sura 9
Diriwayatkan oleh Ibn Abbas dari Usman ibn Affan bahwa apabila diturunkan kepada nabi suatu wahyu, ia memanggil sekertarisnya untuk menuliskannya, kemudian ia bersabda “Letakkanlah ayat ini dalam surat yang menyebutkan begini atau begitu”

Namun uniknya tidak terdapat banyak riwayat tentang nabi menyusun urutan-urutan ayat dan surah-surah qur’an.

Pendapat dari Quraish Shihab dalam kata pengantar untuk buku :
Rekonstruksi Sejarah al Qur’an,
Taufik Adnan Amal
FKBA, halaman xvii

“Namun hampir tidak bisa ditemukan berbagai riwayat yang mengatakan bahwa ayat sekian ditempatkan setelah ayat ini dan sebagainya. Sekiranya ada, maka al Qur’an akan membutuhkan sekian ribu riwayat nabi atau sahabat tentang susunan al Qur’an, mengingat ayat-ayat tersebut diturunkan secara terpisah selama 23 tahun. Karya-karya sedetail Al Burhan dan al Itqan juga tidak menukil riwayat-riwayat tersebut”.

Pendapat kedua :
Al-Qur’an disusun berdasarkan kesepakatan para sahabat nabi


Dikutip dari :
Al Burhan I halaman 262 karya Zarkasyi :
Pendapat didasarkan pada hadis dari Imam Malik yang menyatakan :
“Bahwa urutan surah-surah al Qur’an disusun atas dasar ijtihad mereka (para sahabat nabi) sendiri”

Urutan surah bukan merupakan hal yang diwajibkan Allah, tapi sesuatu yang berasal dari ijtihad dan kemauan para sahabat sendiri. Karena itu setiap mushaf mempunyai urutan sendiri

Pendapat ketiga :
Karena ada 2 pendapat yang bertentangan, maka harus ada pandangan yang berada ditengah-tengah, yaitu urutan Qur’an sebagian berasal dari nabi SAW sebagian berasal dari sahabat-sahabat nabi.

Dikutip dari :
Membahas Ilmu-Ilmi Qur’an
DR Subhi as Shalih
Pustaka Firdaus, halaman 82

(catatan : sekalipun Subhi as Shalih tidak sependapat dengan pandangan ini) :
Al Qadhi Abu Muhammad bin Athiyyah mengatakan, “Semasa hidup rasulullah banyak surah telah diketahui susunan dan urutannya ..... sehingga susunan berdasar kehendak dan petunjuk rasulullah jauh lebih besar, dan yang berdasarkan ijtihad amat sedikit.

Jadi hampir tidak ada kejelasan sama sekali tentang bagaimana Qur’an disusun.


Akhir kutipan

Berikut ini diberikan perbedaan susunan 10 sura awal mushaf-mushaf sebelum Usman dan perbandingannya dengan edisi Kairo 1923/24.

Edisi Kairo …….... Ubay ……....…. Mas’ud …....… Ibn Abbas …...… Ali b. Abi Talib

1. Al Fatihah ….... Al Fatihah ….. Al Baqara …... Al Alaq .. …...…. Al Baqara
2. Al Baqarah ….. Al Baqarah ... An Nisa …...... Al Qalam ….…... Yusuf
3. Ali Imran …..… An Nisa …....… Ali Imran …....Adh Dhuha ….... Al Ankabut
4. An Nisa …....…. Ali Imran ..... Al Araf …......…Al Muzammil ..… Al Rum
5. Al Maidah ...…. Al Anam …..… Al Anam …...… Al Mudatasir ….. Luqman
6. Al Anam …...… Al Araf …….... Al Maidah …... Al Fatihah …..….. Fush shilat
7. Al Araf ……..... Al Maidah …... Yunus ……...... Al Lahab …...….… Adz Dzariyat
8. Al Anfal …...…. Yunus ……..... At Tawba ….... At Taqwir …...….. Al Insaan
9. At Tawba ….... Al Anfal ……... Al Nahl ……..... Al Ala ………........ Al Sajdah
10. Yunus ……..… At Tawba ....… Hud ………....... Al Lail ………....... Al Naziat

Sumber :
Ubay bin Kaab dari Ibn Al Nadim – Fihrist, halaman 61
Ibn Mas’ud dari Ibn Al Nadim – Fihrist, halaman 57
Ibn Abbas dari Az Sanjani – Tarikh, halaman 101 - 103
Ali dari Az Sanjani – Tarikh, halaman 95f


Terlihat tidak adanya satu keseragaman susunan surah-surah Al-Qur’an pada mushaf-mushaf sebelum Usman. Jadi tampaknya susunah surah itu ditentukan sendiri oleh para penulis mushaf, ada yang mengacu pada panjang – pendek (Ubay dan Mas’ud) ada yang mengacu pada kronologis (Ibn Abbas dan Ali)


IV. KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat dikatakan hipotesa Richard Bell sangat masuk diakal.
Dapat dikatakan dengan cukup kepastian adalah :
1. Penyusunan Al-Qur’an tidak lebih dari sekedar pembundelan catatan-catatan yang dikumpulkan dari berbagai pihak.

2. Tim penyusun Al-Qur’an tidaklah mengetahui secara pasti kronologis penurunan ayat dan taraf kelengkapannya sehingga ayat yang sudah lengkap dipotong begitu saja ditengah-tengah tanpa adanya kesinambungan cerita.

3. Klaim Al-Qur’an sudah dihafal luar kepala oleh ratusan/ribuan sahabat nabi tidak lebih hanya ungkapan hiperbolis saja. Jika untuk mengingat urutan saja tidak bisa bagaimana bisa mengingat seluruh Al-Qur’an.

Sekian


Topik bahasan yang serupa dapat diakses di :

Qur’an Hasil Kompilasi dari Berbagai Sumber
http://indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=4327
http://nomind.3.forumer.com/index.php?showtopic=106


Muslim Mengkritisi Sejarah al-Qur’an
http://nomind.3.forumer.com/index.php?showtopic=52
http://indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=3570

Rumitnya Perkembangan Mushaf Usman
http://indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=4466

This post has been edited by vivaldi on Jun 18 2005, 01:45 PM